--> Skip to main content

Membeli mobil adalah penyakit menular. Percaya atau ga?

Kendaraan adalah salah satu kebutuhan yang bukan dianggap sebagai kebutuhan  tersier lagi. Terbukti dengan tingginya tingkat kenaikan penjualan semua sektor kendaraan, entah roda 2 ataupun roda 4. Siapa yang ga merasa butuh dengan kendaraan? Bahkan untuk berangkat membeli sayur aja yang dahulu hanya dengan berjalan kaki sekarang menggunakan motor, padahal jaraknya hanya 500meter.

Bukan hanya dari satu sisi kita melihatnya. Coba saja kita ingat-ingat lagi, kebutuhan pokok kita sekarang juga telah berubah bukan hanya Sandang, Pangan dan Papan, Ternyata Transportasi juga telah menjadi salah satu kebutuhan yang lumayan pokok.

Mengingat karena kebutuhan terhadap transportasi ini cukup penting bisa kita lihat sekarang setiap rumah mempunyai minimal 1 motor, kecuali orang tua saya yang sampai sekarang masih belum mempunyai motor. hehehe.
Membeli mobil adalah penyakit menular
Membeli mobil adalah penyakit menular
Kembali kepada judul saya diatas mengenai membeli mobil adalah penyakit, benar atau tidak? Jawaban saya adalah bisa benar bisa juga tidak.

Membeli kendaraan roda 4 atau mobil di Indonesia masih menjadi salah satu nilai prestige kehidupan seseorang, walaupun sekarang lebih mudah mendapatkan mobil, tapi untuk cicilannya adalah kemampuan mampu atau tidak dengan besarnya cicilan sebesar itu. Untuk uang muka bahkan ada juga yang hanya dengan uang dibawah 10 juta sudah bisa membawa 1 unit mobil, tapi cicilannya diatas 3 juta. Hampir sama dengan jumlah Gaji Pokok.

Lalu gimana menutup kebutuhan lainnya?

Sekarang ini sedang banyak sekali orang yang menggunakan kendaraan pribadinya sebagai angkutan umum online atau taxi online. Entah sebagai UberCar, GrabCar atau dari GoCar. Bukan hanya menggiurkan banyak orang dengan pendapatan dari bisnis taxi online ini, tapi juga ternyata bisa diandalkan sebagai penghasilan menutup cicilan mobil.

Mengenai judul saya diatas yang menyatakan membeli mobil adalah penyakit bisa iya bisa juga tidak.

Bisa iya ketika kita telah membeli mobil lalu mendaftarkan taxi online dan mempunyai penghasilan yang lumayan untuk menutup cicilan mobil dan kehidupan sehari-hari. Lalu kita menceritakannya kepada tetangga kita dan ternyata mereka juga berminat seperti kita. Membeli mobil kredit dan mendaftar taxi online. Nah kalau kejadiannya seperti ini bisa dibuktikan kan kalau judul tulisan saya diatas ada benarnya juga. Belum lagi ketika kita bertetangga dengan yang suka ngiri (ga mau nganan), mau mampu atau tidak dengan cicilannya, mau daftar online atau ga saat punya uang untuk DP ya ambil juga. Kan ceritanya "ngiri" bukan "nganan".

Bisa juga ga sesuai dengan judul saya ketika mempunyai tetangga atau teman yang cuex aja "Saya sih jalan santai aja dengan kemampuan saya".

Dengan membaca tulisan saya diatas kira-kira percaya ga dengan judul saya mengenai membeli mobil adalah penyakit?

Sebagai penutup saya quote dari Jonru Official yang bagus untuk kita baca :
DEFINISI SUKSES

Setiap orang punya definisi masing-masing untuk sukses. Artinya, definisi sukses memang sangat banyak. Saking banyaknya, kadang-kadang kita bingung, apa sih definisi sukses yang sebenarnya?

Agar tidak bingung, beberapa tahun lalu saya pernah membuatkan definisi sukses yang sangat sederhana, yaitu:
Ketika kita telah mencapai tujuan yang ditetapkan. Itu saja. Titik.
Contoh:

"Saya ingin berpenghasilan Rp 20 juta perbulan."
Maka ketika saya sudah berpenghasilan Rp 20 juta perbulan, berarti saya sukses.

"Saya ingin berangkat naik haji tahun depan."
Maka jika tahun depan saya bisa naik haji, berarti saya sukses.

"Saya ingin besok pagi ada dua pasang sandal jepit di depan kamar mandi rumah saya."
Maka jika besok di depan kamar mandi rumah saya ada dua pasang sandal jepit, berarti saya sukses.
Jadi tak perlu bingung. Sederhanakan saja definisi sukses seperti itu. Maka semuanya akan menjadi sangat jelas.

Selama ini, kita bingung mengenai definisi sukses, karena:

1. Kita mengartikannya macam-macam, terlalu luas, terlalu global.
2. Kita mencampuradukkannya dengan bahagia. Padahal sukses dan bahagia adalah dua hal yang berbeda. Orang yang sukses belum tentu bahagia (misalnya ada orang kaya raya tapi merasa hidupnya hampa dan selalu gelisah). Orang yang bahagia belum tentu karena sukses (bisa saja dia bahagia karena misalnya mendapat pelajaran berharga dari sebuah musibah).

Bahagia itu ada di pikiran.
Jadi kita bisa bahagia kapan saja, bahkan ketika sedang gagal atau sedang mendapat musibah sekalipun. Yang penting kita memerintahkan pikiran kita Untuk berbahagia, maka kita bahagia.

Sedangkan sukses itu ada di pencapaian tujuan. Artinya kita baru disebut sukses jika tujuan tersebut sudah tercapai.

Itulah bedanya.
Jadi jangan dicampuradukkan. Sukses ya sukses saja. Bahagia ya bahagia saja. Namun jika anda ingin sukses sekaligus bahagia, tentu itu jauh lebih bagus.

3. Kita mengartikan sukses sebagai sesuatu yang besar, wah, prestisius, dan sebagainya. Padahal sukses juga bisa mencakup hal-hal yang kecil dan sepele. Contohnya adalah tentang sandal jepit yang sudah saya sebutkan di atas.

Begitulah kira-kira.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
FanPage : IndoBlazer
Twitter : @djosave
BBM : 53FB5271
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar